1. Melisa (06101002001)
2. Diko Harjuni Tanera (06101002019)
3. Eko Satria Ramadan (06101002032)
4. Eka Novirna (06101002033)
5. Dina Ariani (06101002035)
6. Ellda (06101002040)
I.
Pendahuluan
- Latar
Belakang
Drama
berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti
berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya. Drama adalah hidup yang dilukiskan
dengan gerak. Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang kemudian oleh PKG
Mangkunegara VII dibuat istilah Sandiwara.
Drama
merupakan salah satu bentuk prosa fiksi. Drama memiliki unsur intrinsik dan
unsur ekstrinsik seperti prosa fiksi lainnya. Hanya saja yang membedakan drama
dengan karya prosa fiksi lainnya adalah pada dialog dan suasana yang
digambarkan oleh pengarang pada drama. Jika jalan cerita maupun tema pada karya
prosa fiksi selain drama dapat dengan mudah ditemukan melalui penggambaran
tokoh maupun konflik-konflik yang terdapat dalam cerita, berbeda dengan drama.
Untuk mengetahui tema atau amanat yang terdapat dalam sebuah naskah drama,
pembaca maupun penikmat drama perlu memperhatikan dialog-dialog tokoh sehingga
dialog tokoh menjadi unsur yang sangat vital yang membedakan drama dengan karya
prosa fiksi lainnya.
Drama
berjudul Dr. Samsi ini merupakan karya Andjar Asmara. Drama Dr. Samsi
pertama kali dipentaskan oleh
kelompok Dardanella pada tahun 1930. Drama ini dimuat dalam buku Antologi
Drama Indonesia: Jilid 1 yang diterbitkan pada tahun 2006 oleh Yayasan
Lontar. Buku ini memuat drama yang ditulis antara tahun 1895-1930 (jilid 1).
Sebelumnya Dewan Redaksi Produksi Buku Antologi Drama Indonesia: Jilid 1
telah memutuskan untuk mengelompokkan drama Indonesia dalam empat
periode—1895-1930, 1931-1945, 1946-1968, dan 1969-2000. Drama Dr.Samsi ini termasuk pada
periode pertama yaitu tahun 1895-1930.
Drama
dibangun oleh unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik yang dapat mempengaruhi
estetika drama itu sendiri. Unsur-unsur
intrinsik drama meliputi dialog, tokoh, alur, latar, suasana, amanat dan tema. Sedangkan
unsur-unsur ekstrinsik yang membangun drama adalah unsur yang datang dari luar,
misalnya pengaruh sosial budaya ketika drama itu dibuat. Makalah ini membahas
tentang analisis penulis terhadap unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam
drama karya Andjar Asmara yang berjudul Dr. Samsi.
- Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas berikut ini maslah
yang dapat diuraikan beberapa masalah.
- Bagaimana
ringkasan cerita drama Dr. Samsi karya Andjar Asmara ini?
- Bagaimana
identifikasi dan analisis unsur-unsur intrinsik pada drama Dr. Samsi?
- Tujuan
Dengan rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan
tujuan yang dapat diuraikan dalam makalah ini.
- Mendeskripsikan
sinopsis cerita drama Dr. Samsi.
- Mengidentifikasi
dan menganalisis unsur-unsur intrinsik pada drama Dr. Samsi.
II. Pembahasan
- Sinopsis
Cerita dalam Naskah Drama Dr. Samsi
Seorang wanita bernama Sukaesih datang ke rumah sakit
dengan membawa anaknya yang sedang sakit. Ia berusaha menemui Dr. Samsi melalui
Leo, seorang jururawat tempat Dr. Samsi bertugas. Ketika Leo masuk memanggil
Dr. Samsi, Sukaesih justru pergi meninggalkan anaknya di atas bangku di rumah
sakit. Kemudian bayi sukaesih itu dirawat di rumah sakit itu.
Pada saat yang bersamaan, putra Dr. Samsi, buah cintanya
dengan Raden Ayu, istrinya juga sedang sakit. Keadaan menjadi sulit ketika
kondisi anaknya menurun dan akhirnya meninggal. Dr. Samsi tidak mau melukai
hati istrinya dengan berita duka itu. Lantas, jururawat Leo yang menyadari
kemiripan bayi Sukaesih dengan bayi Dr. Samsi berinisiatif untuk menukarkan
bayi yang masih hidup itu dengan bayi yang sudah meninggal itu. Setelah melalui
obrolan serius, akhirnya Dr. Samsi bersedia merawat anak itu sebagai anaknya
sehingga tidak melukai perasaan istrinya.
Setelah dewasa, anak yang diberi nama Sugiat oleh Dr.
Samsi ini menjadi seorang pengacara lulusan Inggris. Setelah kepulangan Sugiat,
tiba-tiba jururawat Leo datang ke rumah Dr. Samsi setelah tidak bertemu dalam
waktu yang cukup lama. Ia datang ke rumah Dr. Samsi dengan tujuan memeras Dr.
Samsi. Pada awalnya ia menceritakan pengalamannya sejak menjadi pengangguran
hingga akhirnya ia mengutarakan niatnya untuk keluar dari kota Betawi untuk
membuka usaha dendeng dan meminta uang kepada Dr. Samsi sejumlah sepuluh ribu
rupiah. Ia mengancam jika tidak mendapatkan uang itu akan membeberkan rahasia
yang sudah bertahun-tahun tertutup rapi kepada media dengan maksud merusak
citra Dr. Samsi.
Dr. Samsi sempat ciut nyalinya dengan maksud menyicil
uang itu sedikit demi sedikit karena ia pun tak memiliki uang sebanyak itu. Ia
rela mendatangi rumah Leo dengan niat menyicil uang itu sejumlah seribu lima
ratus dahulu sebagai uang muka. Tapi Leo menolak karena ia mengingnkan uang
sepuluh ribu kontan. Di rumah Leo terjadi percekcokan dan mengakibatkan Leo
terbunuh dengan pisau yang ada ditangannya sendiri. Sukaesih pun bersedih
dengan kematian Leo.
Kasus kematian Leo menyeret Sukaesih melaju ke meja hijau.
Tetapi kasusnya dimenangkan oleh Sugiat sehingga sukaesih pun terbebas dari
jeratan hukum. Sugiat yang prihatin dengan kehidupan Sukaesih sepeninggalnya
Leo meminta Sukaesih untuk pindah ke rumah yang lain. Ia berusaha mencarikan
rumah untuk Sukaesih. Ketika berbincang dengan Sukaesih di rumahnya, Sugiat
meletakkan tasnya di atas dipan. Kemudian tas itu tertinggal ketika ia meminta
izin untuk pulang. Saat itu, Dr. Samsi datang ke rumah Sukaesih dengan niat
untuk memperbaiki semua keadaan. Ketika itu Sugiat kembali ke sana untuk
mengambil tasnya yang tertinggal. Tetapi ia dikejutkan dengan keberadaan
ayahnya. Kemudian Dr. Samsi mengatakan hal yang sejujurnya kepada Sukaesih dan
Sugiat bahwa mereka berdua adalah ibu dan anak yang terpisah sejak lama karena
perbuatannya.
- Analisis
Unsur-Unsur Intrinsik pada Drama Dr. Samsi
- Analisis
Unsur Dialog pada Drama Dr. Samsi
Ciri
khas suatu drama adalah naskah tersebut berbentuk percakapan atau dialog.
Penulis naskah drama harus memerhatikan pembicaraan yang akan diucapkan. Ragam
bahasa dalam dialog antartokoh merupakan ragam lisan yang komunikatif.
Perhatikan percakapan berikut!
Leo: Ada apa?
Sukaesih: Dokter, saya mau bertemu dengan Dr.
Samsi.
Leo: Hari ini tidak dapat bertemu dengan Dr. Samsi
Sukaesih: Oh, Tuan. Saya mau bertemu dengan Dr.
Samsi. Tolong, Dokter.
Disebut
dialog karena percakapan itu minimal dilakukan oleh dua orang. Nah, kutipan
teks drama di atas dapat disebut sebagai dialog karena diucapkan secara
bergantian oleh tokoh yang bernama Leo dan Sukaesih. Selain dialog, dalam drama
juga dikenal istilah monolog (adegan sandiwara dengan pelaku tunggal yang
membawakan percakapan seorang diri; pembicaraan yang dilakukan dengan diri
sendiri), prolog (pembukaan atau pengantar naskah yang berisi keterangan atau
pendapat pengarang tentang cerita yang akan disajikan), dan epilog (bagian
penutup pada karya sastra yang fungsinya menyampaikan intisari atau kesimpulan
pengarang mengenai cerita yang disajikan).
Dialog
merupakan unsur yang paling vital dalam sebuah drama. Melalui dialog tokoh
inilah pembaca dapat memahami isi/pesan yang ingin disampaikan pengarang.
Dialog dapat menggambarkan watak tokoh, latar, suasana, alur dan unsur lain
yang mendukungnya.
Seperti dialog di bawah ini yang menggambarkan alur
cerita mundur pada drama Dr. Samsi.
Sukaesih: dimana itu anak, Samsi?
dr. Samsi: Anak, anak yang mana? Anak siapa?
Sukaesih: anak saya , Samsi! Anak kau, Anak kita berdua.
dr. Samsi: kau mendapat anak dari saya, Sukaesi?
Sukaesih: ya, Samsi. Buah percintaan kita.
dr. samsi: Ya, Allah!
Bertambah berat rasa dosaku. Aku telah sia-siakan kau bertahun-bertahun
sekarang baru pula tahu bahwa aku meninggalkan anak itu padamu? Dimana aku
tahu. Sukaesih: Samsi,
satu-satunya saat bahagia, waktu emas dalam penghidupan adalah ketika aku masih gadis.
Ketika itu kau hampir tamat sekolah dan tiap hari Minggu kau dating
ke rumahku di Bogor, kau telah mengikat hatiku yang masih bersih
dengan janjiyang muluk-muluk dan dalam cintaku yang murni aku
telah berikan segala-galanya padamu. Tetapi, apa
kenyataannya perbuatan yang kulakukan dengan segala kerelaan, karena
cinta dan percaya padamu, membawa akibat. Dan aku, kau yang
sebenarnya ikut bertanggung jawab, tak pernah dating lagi.
Aku dinista, dihina, diusir oleh keluargamu. Dalam sengsara, aku lahirkan
seorang anak laki-laki. Aku bertualang, hidup dari kasihan
orang, aku bergelandang, hujan kehujanan panas kepanasan dan pada
suatu malam, dalam hujan lebat kuantarkan anak itu dalam keadaan
sakit keras ke rumah sakit Glodok, karena aku dengar kau bekerja
disana sebagai dokter. Kutinggalkan anak itu di atas bangku, dengan
harapan kau akan merawat dia.
Kemudian dialog berikut yang
menggambarkan karakter tokoh Leo yang buruk.
Leo : …Saya kenal
jouenalis-journalis di kota Betawi. Nanti saya buka rahasia. Kalau perlu akan saya bawa ke pasar
rahasia ini, dan akan saya jual dengan
kurs yang paling rendah. Tetapu, kalau ada sepuluh ribu, tutup mulut! Kalau tidak ada nanti akan saya
obral. Faham, Dokter?
Dialog juga dapat menggambarkan latar yang
terdapat pada drama.
Leo: Ada apa?
Sukaesih: Dokter, saya mau bertemu dengan Dr.
Samsi.
Leo: Hari ini tidak dapat bertemu dengan Dr. Samsi
Sukaesih: Oh, Tuan. Saya mau bertemu dengan Dr.
Samsi. Tolong, Dokter.
Leo: Ini anak kalau sakit serahkan saja pada saya.
Sukaesih: Tidak, saya mau bertemu dengan Dr. Samsi,
Saya mau bicara.Tolong Dokter, saya
minta tolong. Kasihan, saya mesti bertemu dengan Dr. Samsi.
Dialog
di atas menggambarkan latar rumah sakit. Hal ini dijelaskan dari dialog
Sukaesih yang ingin bertemu dengan Dr. Samsi karena anaknya sedang sakit. Dan
dialog Leo yang mengatakan jika anak itu sakit bisa diserahkan kepadanya dengan
maksud untuk dirawat secepat mungkin. Ketiga contoh dialog di atas cukup
menggambarkan bahwa dialog merupakan unsur yang paling penting dalam drama yang
tentu saja memiliki keterkaitan dengan semua unsur intrinsik drama. Dengan
dialog pembaca dapat menentukan alur, tema, amanat, sudut pandang, latar, dll.
- Analisis Unsur Plot pada Drama Dr.
Samsi
A.
Bentuk Alur Pada Drama Dr. Samsi
Pada drama dr. Samsi ini menggunakan
bentuk alur yang berbentuk eksposisi/pengenalan. Mengunakan bentuk segitiga sembarang, seperti gambar berikut:
Klimaks
Penggawatan
Konflik Leraian
Pengenalan Selesaian
Ditinjau dari gambar bentuk alur diatas, pada tahap
pengenalan, alur cerita pada drama ini awalnya mengenalkan penokohan dan
perwatakan serta pada tahap ini pengarang juga melukiskan situasi latar, berupa
latar rumah sakit. Dimana dari latar tersebut pengarang dapat melukiskan juga
karakter tokoh dan perwatakannya. Tahap konfik pada cerita drama terdapat pada
saat anak dr. Samsi meninggal dunia. Penggawatannya dalam cerita ini terdapat
pada saat tokoh Leo ingin menyebarkan rahasia penting dr. Samsi. Klimaknya
terletak pada saat tokoh Leo dan dr. Samsi bersitegang, Leo mengambil pisau dan
berusaha menikam dr. Samsi, namun akhirnya pisau tersebut menikam Leo itu
sendiri. Kemudian adanya sedikit peleraian terhadap klimak yang terjadi
tersebut, peleraian ini terletak pada saat Sugiat membantu Sukaesih dalam
menyelesaikan masalah Sukaesi dipengadilan terkait kasusnya dengan Leo. Dari adanya
pertemuan dalam penyelesaikan masalah tersebut, Sugiat kasihan kepada Sukaesi,
kemudian Sugiat bermaksud untuk mengajak sukaesi untuk pindah kerumah yang
dibelinya.
B.
Analisis Drama Dr. Samsi Berdasarkan Pembedaan
Plot
1.
Analisis
Drama Dr. Samsi Berdasarkan Kriteria Waktu Plot
Pada
drama dr. Samsi ini menggunakan Kriteria berupa alur sorot balik (Flash-back).
Urutan kejadian dalam drama ini awalnya menggunakan alur lurus, kemudian di
tengah cerita drama ini menggunakan alur mundur, dapat dilihat dari kutipan
dialog dibawah ini:
Leo: Dokter, saya sudah
mencari pekerjaan di Betawi ini. asal saya masuk ke kantoor,
selalu ditanyakan, “Ada apa Tuan Leo?” Tempo- tempo saya lihat, baru saya naik tangga,
sudah tidak diterima. Turun lagi. Tetapi, saya menyesal dokter. Baru
sekarang saya percaya yang dunia ini tidak adil.
Dr. Samsi: Tidak adil?
Leo: tidak adil buat saya,
Dokter. Coba dokter piker. Ketika saya masih bekerja di rumah sakit, di tengah jalan
banyak kawan-kawan saya menegur ” Goede
morgen” Sampai cape saya angkat topi. Tetapi, sekarang saya tidak
bekerja, Dokter; kawan-kawan saya, sobat-sobat saya, kalau bertemu di tengah jalan, mereka
miringkan topinya. Tentu dia berpikir begini: Leo tidak perlu
dihormati, karena dia sekarang sudah menjadi orang miskin. Yah,
kehidupan! Tetapi kalau saya pikir lagi dokter, itu semua saya mau
bilang apa? Ada lagi kawan-kawan saya mengatakan:” Oh, Leo sudah
lama kita tidak bertemu, Kenapa kamu kamu jadi begini
sekarang? Aduh kasihan,” Ketemu sobat satu lagi, kasihan, kasihan,
Cuma kasihan saja dokter! Saya heran, kesana kasihan, kemari kasihan,
tetapi tolongnya tidak ada.
Dr. Samsi:
Tidak mau tolong?
Leo: tidak! Ada lagi saya
punya kawan yang mengatakan: ‘Oh, Leo sudah lama kita tidak bertemu, mari masuk,
Mari makan!” Saya makan, dokter , Saya tidak sembunyikan lapar
saya . sesudah makan saya bilang terima kasih dan saya pulang . Tetapi belum saya
jalan jauh, kawan-kawan yang memberikan makan saya
tadisudah mulai berbicara dengan tetangganya:” Aduh kasihan,
Leo, kalau tidak saya kasih makan tadi, dia mati kelaparan.”Itu
nasib saya dokter!Itu pendapat saya tidak apa-apa. Mari dokter!
dr. Samsi: Mari minum! Begini
Leo. Sudahlah jangan terlalu dipikirkan. Memang begitulah. Karena itu carilah
pekerjaan. Memang begitulah. Karena itu carilah pekerjaan.
Berusahalah!
Dapat
dilihat juga pada dialog berikut ini:
Sukaesih: dimana itu anak, Samsi?
dr. Samsi: Anak, anak yang mana? Anak siapa?
Sukaesih: anak saya , Samsi! Anak kau, Anak kita berdua.
dr. Samsi: kau mendapat anak dari saya, Sukaesi?
Sukaesih: ya, Samsi. Buah percintaan kita.
dr. samsi: Ya, Allah!
Bertambah berat rasa dosaku. Aku telah sia-siakan kau bertahun-bertahun
sekarang baru pula tahu bahwa aku meninggalkan anak itu padamu? Dimana aku
tahu.
Sukaesih: Samsi,
satu-satunya saat bahagia, waktu emas dalam penghidupan adalah ketika aku masih gadis.
Ketika itu kau hampir tamat sekolah dan tiap hari Minggu kau dating
ke rumahku di Bogor, kau telah mengikat hatiku yang masih bersih
dengan janjiyang muluk-muluk dan dalam cintaku yang murni aku
telah berikan segala-galanya padamu. Tetapi, apa
kenyataannya perbuatan yang kulakukan dengan segala kerelaan, karena
cinta dan percaya padamu, membawa akibat. Dan aku, kau yang
sebenarnya ikut bertanggung jawab, tak pernah datang lagi.
Aku dinista, dihina, diusir oleh keluargamu. Dalam sengsara, aku lahirkan
seorang anak laki- laki. Aku bertualang, hidup dari kasihan
orang, aku bergelandang, hujan kehujanan panas kepanasan dan pada
suatu malam, dalam hujan lebat kuantarkan anak itu dalam keadaan
sakit keras ke rumah sakit Glodok, karena aku dengar kau bekerja
disana sebagai dokter. Kutinggalkan anak itu di atas bangku, dengan
harapan kau akan merawat dia.
2.
Berdasarkan Kriteria Jumlah
Drama dr. Samsi ini berdasarkan criteria
jumlah, menggunakan plot Sub-subplot. Dalam drama ini memilki lebih dari satu
alur cerita yang dikisahkan. Halm ini dapat ditinjau dari isi drama itu
sendiri. dalam drama dr. Samsi ini tidak hanya menceritakan tokoh Samsi saja.
Akan tetapi, kisah dalam drama ini hampir setiap tokoh dalam diceritakan,
seperti tokoh Leo, Sukaesih dan Sugiat.
A.
Berdasarkan
Kriteria Kepadatan
Drama dr.
Samsi ini menggunakan alur padat. Disamping ceritanya disajikan secara cepat,
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam drama ini pun susul menyusul dengan
cepat. Apabila, pembaca tidak membaca naskah drama ini secara keseluruhan, maka
isi cerita drama dr. Samsi ini tidak bisa dimengerti isi ceritanya.
B.
Berdasarkan Kriteria Isi
Berdasarkan kriteria isi, plot yang digunakan dalam drama
ini menggunakan plot peruntungan. Peruntungan tersebut merupakan nasib yang
menimpa tokoh dalam cerita drama tersebut.yang menimpa tokoh cerita yang
bersangkutan. Dalam hal ini, plot peruntungan yang digunakan berupa plot sedih
dan peruntungan, karena dalam cerita drama ini mengisahkan adanya nasib seorang
ibu yang terpisah dari anaknya dan ayah dari anak tersebut pun tidak mengenali
dan memperdulikan mereka berdua dan cerita drama ini juga mengisahkan kesedihan
nasib yang dialami oleh Leo serta peruntungan bagi Sukaesih dapat bertemu
kembali dengan anak kandungnya yang sudah lama terpisah sejak kecil dan betemu
juga dengan mantan kekasihnya yang merupakan ayah dari anaknya tersebut. Hal
ini dapat dilihat pada kutipan drama berikut,
Kutipan
nasib sukaesih:
Sukaesih: dimana itu anak, Samsi?
dr. Samsi: Anak, anak yang mana? Anak siapa?
Sukaesih: anak saya , Samsi! Anak kau, Anak kita berdua.
dr. Samsi: kau mendapat anak dari saya, Sukaesi?
Sukaesih: ya, Samsi. Buah percintaan kita.
dr. samsi:
Ya, Allah! Bertambah berat rasa dosaku. Aku telah sia-siakan kau
bertahun-bertahun sekarang baru pula tahu bahwa aku meninggalkan anak itu
padamu? Dimana aku tahu.
Sukaesih: Samsi,
satu-satunya saat bahagia, waktu emas dalam penghidupan
adalah ketika aku masih gadis. Ketika itu kau hampir tamat sekolah dan
tiap hari Minggu kau datang ke rumahku di Bogor, kau telah mengikat hatiku yang masih bersih dengan janjiyang muluk- muluk dan dalam cintaku yang murni aku
telah berikan segala- galanya padamu.
Tetapi, apa kenyataannya perbuatan yang kulakukan dengan segala kerelaan, karena cinta dan percaya padamu, membawa akibat. Dan aku, kau yang sebenarnya
ikut bertanggung jawab, tak pernah
dating lagi. Aku dinista, dihina, diusir oleh keluargamu. Dalam sengsara, aku lahirkan seoranganak
laki-laki. Aku bertualang, hidup dari
kasihan orang, aku bergelandang, hujan kehujanan panas kepanasan dan pada suatu malam, dalam hujan lebat kuantarkan anak itu dalam keadaan sakit keras ke rumah sakit
Glodok, karena aku dengar kau
bekerja disana sebagai dokter. Kutinggalkan anak itu di atas bangku, dengan harapan kau akan merawat dia.
Kutipan nasib Leo:
dr. Samsi: Tidak adil?
Leo: tidak adil buat saya,
Dokter. Coba dokter piker. Ketika saya masih bekerja
di rumah sakit, di tengah jalan banyak kawan-kawan saya menegur ” Goede
morgen” Sampai cape saya angkat topi. Tetapi, sekarang saya tidak bekerja, Dokter; kawan-kawan saya,
sobat-sobat saya, kalau bertemu di
tengah jalan, mereka miringkan topinya. Tentu dia
berpikir begini: Leo tidak perlu dihormati, karena dia sekarang sudah menjadi
orang miskin. Yah, kehidupan! Tetapi kalau saya piker lagi dokter, itu semua
saya mau bilang apa? Ada lagi
kawan-kawan saya mengatakan:” Oh, Leo sudah lama kita tidak
bertemu, Kenapa kamu kamu jadi begini sekarang? Aduh kasihan,”
Ketemu sobat satu lagi, kasihan, kasihan, Cuma kasihan saja dokter!
Saya heran, kesana kasihan, kemari
kasihan, tetapi tolongnya tidak ada.
Dr. Samsi:
Tidak mau tolong?
Leo: tidak! Ada lagi saya
punya kawan yang mengatakan: ‘Oh, Leo sudah
lama kita tidak bertemu, mari masuk, Mari
makan!” Saya makan, dokter , Saya tidak sembunyikan
lapar saya . sesudah makan saya bilang terima kasih dan saya pulang . Tetapi belum saya
jalan jauh, kawan-kawan yang
memberikan makan saya tadisudah mulai berbicara
dengan tetangganya:” Aduh kasihan, Leo, kalau tidak saya kasih makan tadi, dia mati
kelaparan.”Itu nasib saya dokter!Itu pendapat
saya tidak apa-apa. Mari dokter!
dr. Samsi: Mari minum!
Begini Leo. Sudahlah jangan terlalu dipikirkan. Memang begitulah. Karena itu carilah pekerjaan. Memang
begitulah. Karena itu carilah
pekerjaan. Berusahalah!
Kutipan nasib beruntung Sukaesih dapat bertemu dengan
anak kandungnya dan bertemunya juga ia dengan mantan kekasihnya yang merupakan
ayah dari anaknya:
Sukaesih: dimana itu anak, Samsi?
dr. Samsi: Anak, anak yang mana? Anak siapa?
Sukaesih: anak saya , Samsi! Anak kau, Anak kita berdua.
dr. Samsi: kau mendapat anak dari saya, Sukaesi?
Sukaesih: ya, Samsi. Buah percintaan kita.
dr. samsi: Ya, Allah!
Bertambah berat rasa dosaku. Aku telah sia-siakan kau bertahun-bertahun sekarang baru pula tahu bahwa aku meninggalkan anak itu padamu? Dimana
aku tahu.Sukaesih: Samsi, satu-satunya
saat bahagia, waktu emas dalam penghidupan adalah ketika aku masih gadis. Ketika itu kau hampir tamat sekolah dan tiap
hari Minggu kau datang ke rumahku di
Bogor, kau telah mengikat hatiku yang
masih bersih dengan janjiyang muluk-muluk dan dalam cintaku yang murni aku telah berikan segala-galanya padamu. Tetapi, apa kenyataannya perbuatan yang kulakukan
dengan segala kerelaan, karena cinta dan
percaya padamu, membawa akibat. Dan aku, kau yang
sebenarnya ikut bertanggung jawab, tak
pernah dating lagi. Aku dinista,
dihina, diusir oleh keluargamu. Dalam sengsara, aku lahirkan seoranganak laki-laki. Aku bertualang,
hidup dari kasihan orang, aku bergelandang,
hujan kehujanan panas kepanasan dan pada suatu malam,
dalam hujan lebat kuantarkan anak itu dalam keadaan sakit keras ke rumah sakit Glodok, karena aku
dengar kau bekerja disana sebagai
dokter. Kutinggalkan anak itu di atas bangku, dengan harapan kau akan merawat dia.
dr. samsi: Oh, Itu anak,
anakmu Sukaesih? Ada, ada itu anak!
(Sugiat muncul
dipintu dan berteriak.)
Sugiat: Bu, tas saya
ketinggalan.
Sugiat: Ayah? Ayah ada
disini?
Sukaesih: Ayah?
dr. samsi: Sugiat, kau
jangan heran melihat aku di sini, sebab aku sedang menyambangi ibumu. Ibu yang melahirkan kau ke dunia.
Dari penjelasan plot yang terdapat dalam drama Dr. Samsi ini,
dapat dilihat bahwa dialog-dialog yang menggambarkan plot juga berhubungan
dengan gambaran nasib tokoh dan latar tempat tokoh sedang berada. Hal ini
menunjukkan bahwa plot berhubungan erat dengan unsur lain dan keberadaannya
tidak bisa berdiri sendiri.
3. Analisis Penokohan pada
Drama Dr. Samsi
Seperti
yang dikemukakan oleh Jones (1968 : 33), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang
seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Pelukisan ini dijelaskan lewat penggambaran
karakter/watak tokoh pelaku cerita. Karaketer dapat berarti pelaku cerita dan
dapat pula berarti perwatakan.
Tokoh cerita (character) menurut Abrams (19881 : 20)
adalah orang (-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama
yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan
tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam
tindakan.
Berdasarkan pernyataan di atas
dapat diketahui bagaimana penggambaran karakter/watak tokh atau pelaku cerita
berdasarkan pembedaan tokoh, seperti yang diuraikan pada pembahasan berikut
ini.
1.
Berdasarkan Penting
Tidaknya Tokoh
Dilihat dari segi peranan/tingkat penting tidaknya
tokoh dalam sebuah cerita, ada tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan
secara terus menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita yang di
sebut dengan tokoh utama, dan sebaliknya ada tokoh (_tokoh) yang hanya
dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita yang di sebut dengan tokoh
tambahan. Untuk tokoh utama terdapat dua pembedaan yautu tokoh utama (yang)
utama dan tokoh utama tambahan. Sedangkan untuk tokh tambahan terdapat dua
pembedaan juga yaitu tokoh tambahan utam dan tokoh tambahan (yang memang)
tambahan. Berikut penjelasan dari
masing-masing pembedaan tokoh utama dan tokoh tambahan pada drama yang berjudul
“Dr. Samsi”.
Ø
Tokoh
utama pada drama “Dr. Samsi” ini meliputi tiga orang yang menjadi tokoh utama
(yang ) utama yaitu:
a.
Dr.
Samsi : Ia merupakan seorang dokter di sebuah rumah sakit, yang berdedikasi
tinggi tehadap pekerjaannya, dan sangat megutamakan kepentingan orang banyak,
sosok yang menyayangi istrinya, tabah dan sosok yang tenang. Namun, setelah
mengalami kehilangan anak pertamanya, ia akhirnya terhasut oleh orang lain yang
menyebabkan ia melanggar peraturan. Salah satunya seperti yang terdapat pada
dialog Leo berikut yang menunjukkan sikap tenang Dr. Samsi.
Leo :
Dokter, sebetulnya saya heran melihat dokter. Dokter sering berhadapan dengan
orang mati, tua muda, laki-laki perempuan, anak-anak kecil, tetapi tuan tetap
terlihat tenang. Tetapi hari ini saya heran melihat dokter. Saya sendiri
sebetulnya tidak dapat mencegah kematian itu. Dokter tidak usah pikirkan
hal itu. Tabahkan hati.
b.
Leo : Pada drama ini
sosok Leo digambarkan sebagai seorang jururawat di sebuah rumah sakit yang
bernama lengkap Leo Van De Brink. Ia merupakan sosok yang tempramental, seorang
yang suka mabuk yang kemudian membuat ia di pecat dari rumah sakit, selanjutnya
ia menjadi pengangguran, suka bermain judi, mengancam, memeras. Ia juga digambarkan sebagai jagoan atau preman dari
Kemayoran dan ditakuti seluruh kota Betawi. Berikut
diantaranya terdapat pada dialog yang menggambarkan keburukannya.
Leo
: …Saya kenal jouenalis-journalis di kota
Betawi. Nanti saya buka rahasia. Kalau
perlu akan saya bawa ke pasar rahasia ini, dan akan say jual dengan kurs yang
paling rendah. Tetapu, kalau ada sepuluh ribu, tutup mulut! Kalau tidak ada
nanti akan saya obral. Faham, Dokter?
c. Sukaesih : Pada drama ini Sukaesih digambarkan sebagai tokoh
perempuan yang mengalami penderitaan. Ia merupakan istri dari Leo dan mantan kekasih Dr. Samsi.
Tokoh Sukaesih dapat dikatakan sebagai tokoh yang menjadi korban. Selain sosok
yang polos dan tegar, ia juga mengalami penderitaan menjadi gelandangan karena
malu dan terhina akibat mengandung anak Dr. Samsi diluar hubungan
pernikahan. Kepedihan juga dialaminya
ktika ia tidak tahu kabar dan kehilangan kontak dengan anaknya yang
ditinggalkannya di rumah sakit. Penderitaan atau kemalangan lainnya yaitu
Sukaesih juga dijadikan tertuduh pada kasus kematian suaminya Leo. Namun,
akhirnya ia selamat, ditolong oleh seorang advokat yang merupakan anak
kandungnya sendiri. Berikut contoh dialog yang terdapat pada
dialog drama,
Sukaesih
: Samsi, stu-satunya saat bahagia, waktu emas dalam penghidupan
adalah ktika aku masih gadis. Ketika itu kau hampir
tamat sekolah dan tiap minggu kau datang ke rumahku di Bogor ,
kau telah mengikat hatiku yang masih bersih dengan janji yang ,uluk-muluk dan dalam cintaku yang
murni aku telah
berikan segala-segalanya padamu. Tetapi, apa kenyataannya, perbuatan
yang kau lakukan dengan segala kerelaan, karena cinta dan percaya
padamu, membawa akibat. Dan kau, kau yang sebenarnya ikut
bertanggungjawab, tak pernah
dating lagi. Aku dinista, dihina, diusir oleh keluargamu.
Dalam sengsara, aku lahirka seorang anak laki- laki.
Aku bertualang , hidup dari kasihan orang, aku bergelandang, hujan kehujanan panas
kepanasan dan pada suatu
malam, dalam hujan lebat kuantarkan anak itu dalam keadaan sakit keras ke rumah sakit
Glodok, karena aku dengar kau
bekerja di san sebagai dokter. Kutinggalkan anak itu dibangku dengan harapan kau akan merawat
dia.
Pada isi dialog diatas, terlihat
watak atau karakter tokoh Sukaesih dengan kepolosannya, ketegarannya menanggung
segala penderitaan sendirian.
Ø Tokoh utama tambahan
Sedangkan yang menjadi tokoh utama
tambahan dalam drama ini adalah tokoh Sugiat. Tokoh sugiat merupakan anak dari
Sukaesih dan Dr. Samsi, ia digambarkan
sebagai seorang yang berpendidikan, jujur, sopan , penyayang, berani, membela
kebenaran, juga murah hati, humoris.
Sugiat :
Ibu nampaknya susah, apalagi yang dipikirkan? Ka sekarang ibu sudah bebas! Saya
girang sekali dengan kebebasam ibu, ini sebab saya sendiri tadinya tidak
mengira bahwa dari pengakuannya saksi Ardii saya akan mendapat petunujuk untuk
membebaskan ibu dari segala tiduhan. Dan sekarang orang yang bersalah telah di
tahan dan dia nanti akan membuat perhitungan di depan meja hijau. Ibu
telah terlepas dari segala bencana, dari segala tuduhan
Ø Tokoh tambahan pada drama “Dr. Samsi”
Meliputi tokoh tambahan utama dan
tokoh tambahan (yang memang) tambahan. Tokoh tamabahan utama menurut
kami yaitu Bung Piun yang merupakan seorang preman, Jongos Dr. Samsi, Jongos
Leo, Raden Ayu yang merupakan istri dari Dr. Samsi. Sedangkan tokoh tambahan
(yang memanng) tamabahan yaitu jururawat, jongos Leo, Dr. Akhmad dan Istri Dr.
Samsi.
2. Berdasarkan fungsi penampilan
Ø
Protagonis
: Dr. Samsi, Sukaesih, Sugiat.
Ø
Antagonis : Leo, Bang
Piun
Semua
tokoh di atas dapat disimpulkan melalui dialog yag terjadi antartokoh yang
tidak lepas pula dari tema dan amanat yang ingin disampaikan pengarang melalui
drama ini. Misalnya tokoh Dr. Samsi. Melaui tokoh Dr. Samsi ini, pengarang
ingin menyampaikan bahwa pembaca jangan mau dengan mudah terjebak dalam
perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri di masa mendatang. Pengarang ingin
pembaca mengambil pelajaran dari sikap Dr. Samsi yang dengan mudahnya membuat
persekongkolan untuk menukar bayinya yang sudah meninggal dengan bayi yang
ditolongnya di rumah sakit yaitu bayi Sukaesih karena ada kemiripan antara
bayinya dengan bayi Sukaesih yang juga ternyata darah dagingnya sendiri.
4. Analisis Unsur
Suasana pada Drama Dr. Samsi
Merupakan situasi yang mendukung latar, tentang
penggambaran situasi keadaan
tertentu. Drama yang
berjudul “Dr. Samsi” ini terdiri
dari empat babak. Salah satunya pada
drama ini dapat di lihat pada prolog babak ke tiga,
Panggung
melukiskan rumahnya Leo Van De Brink
Kemudian
pada prolog di babak ke tiga di bagian akhir,
Dr. Samsi dan Leo mulai bertengkar, Sukaesih masuk. Dalam
pertengkaran itu, Leo mengtambil pisau dan berusaha menikam Dr. Samsi. Dr.
Samsi membela diri tapi dalam pertengkaran selanjutnya Leo ternyata menikan
diri sendiri
Juga
terdapat pada prolog di babak ke empat,
Sugiat tarohkan tasnya di atas dipan, lalu duduk di
korsi. Sementara itu Sukaesih menyediakan secangkir the. Sukaesih kelihatan
murung.
Masih di
prolog babak ke empat,
Sukaesih menangis, Sugiat terharu, bingung, ia berdiri
mendekati Sukaesih, ingin meranngkul, tapi tertahan.
Dan lain-lain.
5. Analisis Unsur Latar pada
Drama Dr. Samsi
“Latar disebut juga
landas tumpu., menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan
sosial temapat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.” Abrams (dikutip
Nurgiantoro, 2010:216). Latar merupakan salah satu unsur cerita yang berupa
fakta. Pengarang menggunakan latar yang memang ada dalam kehidupan agar cerita
yang dibuat tidak terkesan dibuat-buat sehingga pengisahannya didukung dengan
fakta yang dapat menunjang estetika cerita yang dibuat.
Dalam drama yang berjudul Dr. Samsi ini latar dapat
diketahui melalui dialog tokoh Sukaesih dengan tokoh Leo. Ketika itu anak
Sukaesih sedang sakit dan ia bertemu dengan Leo, jururawat yang bekerja di
tempat Dr. Samsi bekerja. Dapat dilihat pada dialog berikut.
Leo: Ada apa?
Sukaesih: Dokter, saya mau bertemu dengan Dr.
Samsi.
Leo: Hari ini tidak dapat bertemu dengan Dr. Samsi
Sukaesih: Oh, Tuan. Saya mau bertemu dengan Dr.
Samsi. Tolong, Dokter.
Leo: Ini anak kalau sakit serahkan saja pada saya.
Sukaesih: Tidak, saya mau bertemu dengan Dr. Samsi,
Saya mau bicara.Tolong Dokter, saya
minta tolong. Kasihan, saya mesti bertemu dengan Dr. Samsi.
Dari
cuplikan dialog di atas dapat diketahui bahwa ppercakapan sedang berlangsung di
rumah sakit tempat Dr. Samsi dan jururawat Leo berkerja. Selain latar rumah
sakit, terdapat pula latar rumah Dr. Samsi. Seperti yang digambarkan dalam
dialog berikut.
Dr. Samsi: Selamat bertemu. Maaf saya tidak terlalu
banyak minum.
Leo: Ya. Dokter harus menjaga kesehatan.
Dr. Samsi: Mari diminum lagi!
Leo: Terima kasih. Saya sudah lama tidak minum.
Dr. Samsi: Silahkan, apa saja yang ada sekarang
boleh diminum. Leo, sudah lama tidak datang
ke mari dan waktu datang tadi saya lupa. Apalagi datangnya malam.
Latar
yang juga mencolok digambarkan di rumah Leo. Dapat dilihat dari cuplikan dialog
berikut.
Bang Piun: Kenapa Lu lama buka pintu?
Jongos: Saya baru bangun.
Bang Piun: Lu siapa?
Jongos: Saya pelayan, jongos Tuan Leo.
Bang Piun: Leo kemana?
Jongos:
Pergi
Bang
Piun: Kemana dia? Jangan dutsa. Ntar gua gampar Lu! Panggil!
Jongos:
Pergi
Bang
Piun: Panggil! Panggil! Ada siapa di rumah ini?
Jongos:
Ada nyonya lagi tidur.
Dialog di atas menggambarkan bahwa
percapakapan tokoh sedang berlangsung di rumah Leo. Bang Piun dtang ke rumah
Leo untuk menemuinya. Tetapi pelayan Leo mengatakan bahwa ia sedang pergi dan
di rumah itu hanya ada dia dan istri Leo yang sedang tidur. Dari percakapan di
rumah Leo juga pembaca dapat mengetahui bagian tertentu seperti munculnya tokoh
Sukaesih yang ternyata adalah istri Leo. Seperti dialog di bawah ini.
Sukaesih:
Ada apa? Siapa Tuan?
Jongos:
Ini nyonya!
Bang
Piun: Ini siapa?
Sukaesih:
Tuan mau apa malam-malam kemari?
Bang
Piun: Leo ada di rumah?
Sukaesih:
Tidak ada.
Dialog-dialog ini menunjukkan
keterkaitan yang erat antara unsur satu dengan unsur lainnya. Dari dialog di
atas dapat pembaca ketahui alur cerita dan tokoh Sukaesih yang ternyata
memiliki hubungan dengan Leo sebagai istri Leo dan pembaca mengetahui alur ini
hanya terdapat pada dialog yang menggambarkan latar rumah Leo.
LATAR
: RUMAH SAKIT, RUMAH DR. SAMSI DAN RUMAH SUKAESIH
6.
Analisis Sudut Pandang Drama
Dr. Samsi
Dalam
drama Dr. Samsi ini menggunakan sudut pandang campuran yang dalam novel
ini penggunaan sudut pandang dapat dilihat dari hubungannya dengan peran tokoh dan penokohan yang
diceritakan. Pada sudut pandang drama ini menggunakan sudut pandang campuran
karena pada drama ini penggunaan sudut pandang persona ketiga dengan teknik
“dia” mahatahu dan “dia” sebagai pengamat, persona pertama dengan teknik “aku”
sebagai tokoh utama dan “aku” dan
tambahan dan juga terjadi berupa campuran antara persona pertama dan ketiga,
antara “aku” dan “dia” sekaligus. Dapat lihat dari contoh dalam kutipan
berikut:
Raden Ayu: saya kuatir!
dr. Samsi: Sakitnya tidak
keras. Jangan menangis!
Raden Ayu: sudah berapa kali
Mas saya telpon. Saya sudah katakan
anak kita sakit. Mas pulang. Mas Cuma bilang tunggu,
tunggu, lagi-lagi tunggu.
dr. Samsi: Saya dalam
kewajiban!
Raden Ayu: Katanya mas dalam
kewajiban, tidak bisa ditinggalkan.
dr. Samsi: ya tentu.
Raden Ayu: saya mengerti
rupanya Mas lebih sayang jiwa anak orang
lain daripada jiwa darah-dagingnya sendiri.
Dr. Samsi: Ingat saya dalam
kewajiban!
Raden Ayu: Mas, terlalu
tega.
Dr. Samsi: Jangan menangis ,
tidak apa-apa. Hanya masuk angin. Sebentar sembuh!
Raden Ayu: Ingat kalau sampai
anak saya kenapa-kenapa, biar saya
mati, tidak ingin hidup.
Dr. Samsi: Leo, coba
panggil Em! Baik, Dokter!
Raden Ayu: Mas tega, Mas
terlalu!
Dr. Samsi: jangan rusakan
dirimu, kau pulang saja.
Dari kutipan diatas, terlihat bahwa sudut pandang tokoh dalam cerita drama
tersebut menggunakan sudut pandang campuran. Dari dialog di atas yang
dimaksudkan penulis untuk menggambarkan sudut pandang pengarang juga terdapat
gambaran karakter tokoh Raden Ayu dan karakter tokoh Dr. Samsi. Ini berarti
unsur-unsur intrinsik dalam drama memiliki hubungan dan tidak bisa berdiri
sendiri.
7. Analisis Unsur Tema
Drama Dr. Samsi
Dilihat dari berbagai unsur intrinsik yang telah dianalisis,
penganalis pun dapat merumuskan tema ditinjau dari hubungan antar unsur
intrinsik tersebut. Tema pada drama ini, yaitu pertemuan antara ibu dan anak
yang sudah lama terpisah dan bertemunya pula sang ibu tersebut dengan mantan
kekasihnya yang telah menelantarkannya. Sementara mantan kekasihnya itu merupakan
ayah dari anaknya tersebut.
8. Analisis Amanat pada
Drama Dr. Samsi
Moral, seperti halnya tema, dilihat dari segi dikhotomi bentuk
isi karya sastra merupakan unsur isi. Ia
merupakan sesuatu yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca, merupakan
makna yang terkandung dalam sebuah karya, makna yang disarankan lewat cerita.
Secara umum moral menyaran pada pengertian (ajaran tentang)
baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan
sebagainya : akhlak, budi pekerti, susila(KBBI,1994). Moral dalam karya satra
biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya
tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikannya kepada pembaca.
Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat, pesan,
message. Bahkan, unsur amanat itu, sebenarnya, merupakan gagasan yang
yang mendasari penulisan karya itu, gagasan yang mendasari diciptakannya karya
sastra sebagai pendukung pesan.
Pada drama ini, disajikan sebuah pesan yang tersirat melalui
dialog-dialog yang dilakukan antar tokoh. Di gambarkan dalam dialog antar tokoh yang disampaikan oleh pengarang kepada
pembacanya, bahwasannya pengarang menggambarkan kejadian yang memang pada
kehidupan sebenarnya sering terjadi, terlebih di zaman modern saat ini yang
lebih mementingkan kepentingan pribadi masing-masing. Dalam drama ini dapat
dilihat dari dialog antar tokohnya yang menyiratkan kepada pembaca bahwa pesan
yang ingin disampaikan berupa pesan kritik sosial. Dikatakan pesan yang disampaikan
berupa pesan kritik sosial karena di dalamnya terdapat suatu kejadian yang
biasanya lahir di tengah masyarakat jika terjadi hal- hal yang kurang beres
dalam lingkungan sosial dan masyarakat.
Paling tidak, hal itu terdapat di dalam pemikiran pengarang dalam melihat aspek
kehidupan yang banyak terjadi di lingkungan dan di masa dia hidup. Hal- hal
yang yang memang salah dan bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan tidak
akan ditutup-tutupinya.
Pengarang mencoba untuk menguak permasalahan kecurangan yang
bisa jadi, hal itu merupakan hal yang sering terjadi pada saat itu. Selain itu
pengarang juga memberikan pesan moral dengan menyinggung masalah cinta antar
pemuda yang sudah lewat dari batas kewajaran, sehingga terjadinya hubungan
intim sebelum adanya ikatan pernikahan. Hal ini dicontohkan pada tokoh Samsi
dan Sukaesih. Kemudian lain daripada hal itu, pengarang juga ingin menyampaikan
pada pengarang untuk tidak bersikap sombong jika memeiliki kekuasaan ataupun
kekuatan. Hal ini ditunjukkan pada tokoh Leo yang diberikan julukan sebagai Van
De Brink atau buaya kemayoran. Karya drama ini tidak hanya mengkritik masalah
itu saja, namun juga permasalahan kebobrokan moral yang dimiliki oleh para
tokoh pemeran adegan ini.
Pada pembahasannya, amanat dapat diperoleh atas dasar munculnya
dialog yang diperankan oleh para tokoh. Seperti yang diketahui bahwa dialog
dalam drama merupakan faktor utama dalam menunjang keutuhan dari sebuah
drama. Sehingga pesan yang akan disampaikan
bisa diketahui melalui dialog antar tokoh tersebut. Lain daripada itu alur
cerita atau jalannya cerita, tokoh dan karakter tokoh juga menunjang
penyampaian amanat atau pesan kepada para pembaca. Hal itu terjadi karena
amanat yang bersifat keseluruhan dalam menjangkau tiap aspek dalam cerita
drama. Jika tidak ada tokoh bagaimana pesan bisa diterima oleh para pembaca,
begitupun juga dengan jalan cerita atau
alur yang tidak akan bisa dimengerti bila
tidak sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan.
III. Penutup
Berdasarkan analisis unsur-unsur intrinsik drama pada drama
yang berjudul Dr. Samsi karya Andjar Asmara ini dapat disimpulkan bahwa
drama ini bertema tentang pertemuan antara ibu dan anak yang sudah lama
terpisah dan bertemunya pula sang ibu tersebut dengan mantan kekasihnya yang
telah menelantarkannya. Sementara
mantan kekasihnya itu merupakan ayah dari anaknya tersebut. Dengan tema ini,
pengarang berusaha mengungkapkan amanat melalui konflik-konflik yang terjadi
serta peran-peran tokoh yang mendukung adanya drama ini. Amanat mengungkapkan permasalahan kecurangan yang bisa jadi hal
itu merupakan hal yang sering terjadi pada saat itu. Selain itu pengarang juga
memberikan pesan moral dengan menyinggung masalah cinta antar pemuda yang sudah
lewat dari batas kewajaran, sehingga terjadinya hubungan intim sebelum adanya
ikatan pernikahan. Hal ini dicontohkan pada tokoh Samsi dan Sukaesih. Kemudian
lain daripada hal itu, pengarang juga ingin menyampaikan pada pengarang untuk
tidak bersikap sombong jika memeiliki kekuasaan ataupun kekuatan. Hal ini
ditunjukkan pada tokoh Leo yang diberikan julukan sebagai Van De Brink atau
buaya kemayoran. Karya drama ini tidak hanya mengkritik masalah itu saja, namun
juga permasalahan kebobrokan moral yang dimiliki oleh para tokoh pemeran adegan
ini.
Dengan ini, dapat disimpulkan amanat yang ingin disampaikan
pengarang adalah sebagai manausia yang diciptakan Allah penuh dengan kebaikan,
lakukanlah hal yang baik-baik saja. Jangan mudah terjebak untuk melkukan
kejahatan walalupun posisi kita tidak enak atau sedang mendapatkan ujian.
Jangan pernah bersekongkol untuk kejahatan karena bisa jadi salah satu pelaku
persekongkolan itu berkhianat. Jangan pula memelihara kebohongan karena seperti
kata pepatah sepandai-pandai tupai melompat alkhirnya akan jatuh juga. Kebohongan
yang sudah ditutup rapi selama bertahun-tahun pun akan terbongkar juga.
DAFTAR PUSTAKA
McGlynn, John. H., dkk.. 2006. Antologi Drama Indonesia. Jakarta:
Amanah Lontar.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung:
Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar