Halaman

Powered By Blogger

Kamis, 22 Desember 2011

Surat untuk Bundaku

Assalammu'alaikum...


Bunda, apa kabarmu di kampung tertinggal kita?
kampung yang tak ku lihat keberadaannya di peta Indonesia
kampungnya kampung lagi...
jauuh, di sana engkau mengirim doa


Bunda, hari ini aku dengar cerita
adikku sayang bilang engkau baru saja pulang
sudah lama tak ku dengar kabarmu, Bunda
bagaimana negeri jiran Malaysia memperlakukanmu?
ah, aku tak ingin kau melangkah ke sana, Bunda..
biarlah, bagiku cukup baik untukmu menoreh batang karet di kebun kita
meski hasilnya tak cukup banyak untuk kita
jadilah untuk makan dua tiga hari
jadilah untuk ongkos adik sekolah


Bunda, ku dengar pula cerita tentang suamimu
ayah yang mengalir darahnya dalam ragaku
katanya ia sakit, Bunda..
aku sedih..
ia lelah, barangkali
ia gundah, bisa jadi
ia mulai renta, sepertimu juga
ku kenang kepulanganku yang lalu
sudah ada garis renta di ujung mata kalian berdua
ia sedang bingung, mungkin saja
ia ingin aku selesai kuliah, secepatnya
aku yakin, Bunda
ia sedang memikirkan bagaimana caranya menabung untuk kita...


Bunda,
ini aku anakmu
yang jauh membentang mimpi di negeri orang
yang jauh menahan kerinduan ingin bertemu
yang jauh dipisahkan bentang laut darimu
yang kini sudah bulan kedua tak ku angkat ponsel untukmu
aku sedang resah, Bunda


Bunda, bila kau bertanya
mengapa aku sudah lama tak bersua padamu
bukan itu inginku, Bunda
aku sebenarnya sedang tak bisa mendengar suaramu
suara yang begitu lembut menyapa telingaku
tetapi menghanyutkanku dalam linangan dan sesak di dada
aku menahan kerinduan padamu...


Bunda, andai dapat ku temui engkau dalam malam-malam yang bersahabat
pun cukup hanya dalam bunga tidur saja
tapi,
tak mengapa, Bunda..
tak mengapa bila kita tak bertemu di sana
tak mengapa bila kita tak bertemu untuk waktu yang lama
tak mengapa bila aku harus menahan untuk waktu tak berujung saat ini
aku kan berdoa untuk pertemuan itu


Bunda, tanggal dua-dua desember rupanya sekarang
aku tak bisa sekedar mengungkapkannya padamu
aku mungkin bukan anak yang paling dekat denganmu
pun bukan anakmu yang paling bisa berkasih sayang denganmu
aku tau, kau pasti merindukan itu


tapi, Bunda..
inilah aku adanya..
kaku, seperti batu
tapi menyimpan rasa yang dalam untukmu


biarlah Yang Maha Cinta yang tau
aku mencintaimu karena-Nya
yang selalu menyimpan doa untukmu
agar dapat ku peluk engkau
dengan harumnya kasih yang aku miliki


Maafkan anakmu bila terlalu dingin untuk menyikapi hari ini
tapi, setiap saat bagiku adalah hari-hari istimewa untukmu
setiap hari adalah hari-hari yang kau miliki
seperti hari ini
SELAMAT HARI IBU
Bundaku....


                                                                           Palembang, 22 Desember 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar