Halaman

Powered By Blogger

Sabtu, 11 Mei 2013

CATATAN UNTUK SAHABAT



Perjalanan kita belum usai, kawan. Tapi engkau yang kucintai karena Allah telah pergi menyelesaikan segala bentuk amanah kehidupan dan meniti jalan yang pasti. Sampai aku menuliskan ini, lukaku belum kering benar, sahabatku. Biarlah Allah  yang mengeringkan luka di hati ini untuk menerima kenyataan: engkau tak lagi bersama kami untuk menyelesaikan semua janji-janji yang pernah kita rajut bersama. Allahuyarham IJA.
Awal jumpa, mataku hanya tunduk pada satu pandangan akan seseorang yang indah. Indah akhlak dan pekertinya. Indah wajahnya. Indah perangainya. Indah tutur katanya. Indah segala lakunya. Hingga yang aku tau saat itu: Indah itu engkau. Tak ingin mata ini berpaling dari segala sesuatu yang engkau lakukan. Hingga akhirnya hidayah itu Allah sampaikan kepadaku melalui engkau.
Dalam perkenalan itu, engkau sebut lembut namamu bangga. Nama yang indah pula yang ayah-bundamu berikan padamu. “Nama saya Ikhtiar Jannati Arini”. Begitu ucapmu seraya mengembangkan senyummu yang khas. Ya! Ikhtiar Jannati Arini. Seseorang yang senantiasa muda yang berusaha masuk surga, begitu artinya.
Sepanjang perkenalan, engkau selalu memberi warna dalam hidupku. Pelangi yang takkan pernah sama warnanya setiap saat. Namun, anehnya warna itu tak pernah pudar. Selalu cerah, semakin cerah dan ceria. Begitu banyak yang engkau berikan kepadaku. Begitu banyak cita-cita besar yang kita gagas bersama dan kita bincangkan bersama-sama. Engkau mengajarkan kepadaku bagaimana caranya untuk memperhitungkan segala sesuatu dengan baik, bagaimana cara engkau merencanakan hidupmu dengan baik, dan bagaimana cara engkau meraih semua itu dengan semangat gigih dan suka cita.
Suatu ketika di semester dua perkuliahan, engkau menceritakan kepadaku apa yang hendak engkau lakukan setelah menyelesaikan studi di sini. “Vin, abes kuliah kau nak ngapoi? Kalu aku, caknyo nak langsung S2 di UGM. Terus aku jadi dosen. Lanjut lagi kuliah S3 sampai aku selesai jadi profesor. Kagek, tahun 2030 aku nak jadi rektor Unsri, gantike Bu Badia. :D” Engkau begitu hebat memikirkan masa depanmu dengan rencana-rencana yang barangkali tidak aku pikirkan sebelumnya. Senyummu mengembang walau itu hanya engkau tunjukkan melalui ikon di pesan singkat. Sedangkan aku, hanya menjawab sederhana. “Sederhana, Rin. Aku nak balek ke kampung halaman aku di daerah Kepulauan Riau. Aku nak jadi guru di sano. Di sano tu mase butuh nian wong cak aku. Mun nak majuke daerah wong, la maju galo. Sedangkan daerah aku dak maju-maju.” Kujawab pula dengan senyum di pesan singkat itu. Lantas engkau  membalas pesanku dengan kalimat  yang membakar semangatku dan membangkitkan rasa haru dalam hatiku. “Subhanallah. Bagus, Vin. Indonesia butuh pengajar seperti anti. ;)” Dalamnya kesan yang kautinggalkan dengan kalimat itu.
Ririn. Begitu aku memanggilmu seiring dengan perjalanan waktu yang mengikat persaudaraan kita karena Allah. Begitu banyak hal yang kita lalui bersama. Banyak hal yang kau tinggalkan untuk kami, sahabat Basindo ’10. Begitu pula dengan keluarga besar HMPSBI Periode 2011/2012. Selama satu periode kepengurusan engkau bersedia mengemban amanah menjadi Kepala Dinas Pendidikan HMPSBI. Saat itu engkau menyebutkan betapa bangganya engkau dengan sebutan Kadin Pendidikan yang kami tujukan kepadamu. Memang tidak banyak sepertinya yang kita lakukan pada masa mengemban amanah itu. Tetapi, pada saat itu kita memiliki program besar yang harus kita adakan setiap tahunnya: Bulan Bahasa Tahun 2012.
Pada awal kita merencanakan kegiatan itu, engkau mengajukan diri untuk menjadi ketua pelaksana Bulan Bahasa Tahun 2012. Tak dapat aku ceritakan bagaimana perjuanganmu untuk mewujudkan acara itu agar terlaksana dengan baik. Tak dapat pula aku ceritakan banyaknya hal yang kita kerjakan hanya dengan beberapa orang saja. Sementara itu, aku pun tak dapat menyebutkan bagaimana ketika engkau sedang sendirian mengerjakan proyek besar itu tanpa aku dan beberapa orang itu. Setelahnya, engkau terluka. Mungkin karena lelah. Mungkin juga karena merasa sendirian. Mungkin pula merasa sedih dengan kondisi beberapa orang itu. Engkau menelepon ku sambil berurai air mata. Sakit rasa hatiku mendengar engkau menangis di ujung telepon sana. Sedang aku hanya mampu menghibur dukamu: mengusir awan mendung yang menggelayuti hatimu, dan menggantinya dengan pelangi yang membuat engkau tersenyum. Setelah itu engkau berucap melalui pesan singkat, “makasih ya, Vin. :)” Betapa senyum itu telah mengobati perih hatiku karena kesedihanmu. Terima kasih telah mencari bahuku untukmu bersandar saat ada duka mengusik hatimu.
Semua amanah itu engkau selesaikan dengan baik. Bahkan kini baru aku sadari: ketika aku sibuk dengan oramawa FKIP, engkau sibuk mengurusi rumah kita. Engkaulah penghuni rumah paling setia. Bahkan tidak ada satu agenda himpunan pun tanpa kehadiranmu di sana. Masih ingat betul dalam pikiranku, engkau menghadiri agenda PKMPS 2011. Engkau merelakan diri membeli makan siang peserta bersama seorang teman kita. Saat hendak kembali ke lokasi acara, hujan mengguyur kalian berdua. Engkau bahkan tidak memilih pulang karena bajumu telah basah kuyup dan engkau tampak kedinginan. Engkau justru ingin mengikuti acara itu hingga selesai hanya untuk menjalin silaturahim bersama adik-adik kita yang baru. Hingga pakaian yang basah itu akhirnya setengah kering di badanmu setelah acara selesai.
Itulah engkau. Sahabat yang selalu menyenangkan orang lain. Menebar senyum kepada orang yang bersedih. Membagi kegembiraan bersama orang-orang yang susah hatinya. Membagi semangat kepada orang yang hampir putus usahanya. Hingga kami percaya, engkaulah teladan yang kami cari di kelas. Tetapi kini, engkau telah pergi meninggalkan kami. Tepat pada tanggal 04 Mei 2013 ba’da maghrib, engkau menutup mata dan menghembuskan nafas terakhirmu. Pesan duka itu datang tanpa permisi. Menghancurkan hati dan jiwaku karena kehilangan sahabat yang begitu aku segani dia. Sahabat yang senantiasa mengeluarkan kalimat solusi dari tuturnya. Sahabat yang selama ini menjadi satu-satunya orang yang bertahan dengan bermacam jenis tingkah teman di kelasnya dan berusaha menyatukan kami. Sahabat yang begitu kami cintai dan kami nanti kehadirannya dalam mimpi sekalipun. Akhir: Kututup catatan ini dengan Senandung Ukuwah-yang barangkali tidak cukup mewakili persaudaraan kita selama ini.
Di awal kita bersua
Mencoba untuk saling memahami
Keping-keping di hati
Terajut dengan indah
Rasakan persaudaraan kita

Dan masa pun silih berganti
Ukuwah dan amanah tertunaikan
Berpeluh suka dan duka
Kita jalani semua
Semata-mata harapkan ridho-Nya

Sahabat, tibalah masanya
Bersua pasti ada berpisah
Bila nanti kita jauh berpisah
Jadikan robithah pengikatnya
Jadikan doa ekspresi rindu
Semoga, kita bersua disurga...

Al-Faatihah untukmu. Allahumaghfirlaha, warhamha, wa ‘afiha, wa’fuanha. Wa akrim nuzulaha, wawasi’ madkhalaha, wagsilha bil ma’in watstsaljin walbarad.
Selamat jalan, sahabatku. Selamat jalan, saudaraku. Semoga Allah segerakan Jannah-Nya bagimu. Sungguh, kami mencintaimu karena Allah. Allahuyarham Ikhtiar Jannati Arini.

Inderalaya, 8 Mei 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar