I
Dalam bisik semilir angin
Kudengar ia membawakan nama Tuhan
yang tak putus ia nyanyikan dalam senandung zikir
: laa ilaaha ilallaah
laa ilaaha ilallaah
laa ilaaha ilallaah
Allahu Akbar!!!
Lalu kusaksikan rumput-rumput menari
Mengikuti syahdunya tahlil angin
Ia mengerti tentang syukur
dan sujudnya semakin dalam
pada setiap zikir alam
Kini, kudengarkan riuh ombak berkejaran
Menyahuti tahlil angin yang lalu di atasnya
Membelai setiap gelombang
yang tak pernah acuh pada setiap titah tuhannya
II
Bersama hujan yang menyeruak bau tanah
dan malam
telah Ia bubuhkan sayap pada rayap
yang menetap di kayu-kayu tua dan lapuk
Kemudian sayap itu merengkuh udara
Naik turun bermain bersama cahaya
Lalu ia berzikir dalam setiap kepak yang menari
: Laa haula walaa quwwata illa billaah
'Tiada daya dan tiada upaya kecuali dengan Allah’
Zikirnya zikir semalam
: yang terbang bersama kerinduan
sejuta cahaya
dan berkecipak dalam kenikmatan pertemuan
dia dan Rabb-nya
III
Seperti bulan yang selalu
memantaskan diri untuk malam
dan embun yang selalu setia
menjamu pagi
Aku ingin terus mandi dan hanyut
Mengalir bersama kasih Allah
Sampai bertemu muara
yang tak putus membentang keabadian
Agar dapat kusinggahi muara cinta
yang berserakan mutiara dan
marjan di dalamnya
Seperti seroja yang membentangkan
kesucian
pada air yang menghujaninya
Aku ingin terus berlayar
Mengarungi samudra ridho Rabb-ku
Membersamai perjalanan panjang
para syahid
dan mengiringi peluh-peluh yang
menganak-anak
para ibu
yang telah Allah janjikan mereka
tetap hidup di sisi-Nya
Aku ingin terus tenggelam
dalam palung keanggunan ketika
mengingat Rabb-ku
seperti Abu Nawas yang tenggelam
dalam syairnya
: Oh Tuhanku, aku tidak layak
untuk surga-Mu
Tetapi aku tidak pula sanggup menahan
siksa neraka-Mu
Maka berilah ampunan kepada ku
Ampunkanlah dosaku
Sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang
besar
Palembang, 30 September
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar